Tak bisa dipungkiri bahwa di zaman sekarang banyak orang-orang yang mulai meninggalkan nilai moral, etika dan agama. Hal-hal yang dahulu menjadi sesuatu yang masih dipegang teguh oleh masyarakat sekarang menjadi hal yang mulai dijauhi. Misalnya saja dari segi etika berbahasa. Bagi orang Jawa unggah-ungguh bahasa sangatlah penting. Kapan sesorang memakai bahasa ngoko maupun basa krama (boso kromo) dahulu sangat diperhatikan. Basa krama digunakan ketika harus berbicara dengan orang yang lebih tua. Namun sekarang sudah jarang terdengar anak kecil maupun orang dewasa menggunakan basa krama. Sampai-sampai terasa begitu mengesankan ketika ada suatu video seorang guru mengajarkan beberapa basa krama kepada anak didiknya yang dikemas dengan semacam lagu dengan nada jawa dan dengan gerakan-gerakan yang mudah diingat.
Semakin jauhnya masyarakat kepada nilai moral, etika dan agama tidak hanya berdampak kepada perkataan saja tapi juga perilaku dan pola pikir masyarakat. Perilaku-perilaku negatif yang bisa muncul antara lain pergaulan bebas, LGBTQ, kekerasan, pencurian, penggunaan obat obat terlarang dll. Bagi masyarakat yang masih memegang teguh pada moral, etika dan agama tentu saja hal ini memunculkan keresahan-keresahan. Dunia pendidikanpun mulai menangkap hal ini sebagai keresahan bersama, sehingga muncullah istilah pendidikan karakter.
Beberapa tahun terakhir pendidikan karakter mulai menjadi hal santer kita dengar di dunia pendidikan. Di hampir seluruh sekolah baik negeri maupun swasta sama-sama menggaungkan pendidikan karakter. Program pendidikan karakter menjadi sistem pendidikan yang menyatu dalam pembelajaran di sekolah. Dunia pendidikan menyadari bahwa kemampuan intelektual harus tetap diimbangi dengan karakter-karakter (baca: akhlak) yang mulia.
Pendidikan karakter di sekolah adalah suatu usaha untuk membangun karakter peserta didik agar dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Secara pengertian bebas pendidikan karakter menginginkan individu menjadi orang yang bermoral, berperilaku baik, toleran, tangguh, bertanggung jawab, atau dalam dunia Islam biasa disebut sebagai individu yang berakhlaq mulia atau berakhlaqul karimah.
Bagi seorang muslim kita sama-sama mengetahui bahwa bab akhlaq merupakan salah satu bab dalam ajaran agama Islam, berdasarkan sebuah hadist, Rasulullah bersabda “Tidaklah aku diutus (kecuali) untuk menyempurnakan akhlaq”. Hal penting dari awal tujuan diutusnya Rasul di muka bumi ini salah satunya adalah untuk menyempurnakan akhlaq. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang memberikan porsi paripurna dalam mengajarkan akhlaq. Di dalam Al Quran Allah yang mempertegas bahwa rasulullah sebagai seorang yang berakhlaq yang agung. Dalam surat Al Qolam ayat 4 disebutkan
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Dan Allahpun telah menyiapkan contoh teladan untuk manusia yakni Nabiullah Nabi Besar Muhammad SAW . Allah berfirman
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab : 21)
Sebagai contoh dalam kehidupannya, Rasulullah tidak pernah berbohong sekalipun sehingga beliau diberi julukan al amiin (orang yang dapat dipercaya). Dalam perniagaan Rasulullah senantiasa jujur dalam takaran, memberitahu cacat barang yang beliau jual, tidak melakukan tipu daya dan sebagainya. Dalam hal bekerja keras, ada riwayat Imam Bukhari dijelaskan bahwa Rasulullah juga pernah mengingatkan para sahabat agar tidak mencari jalan termudah dalam bekerja, misalnya dengan cara meminta-minta.
Itu sedikit contoh dari kehidupan Rasulullah masih banyak kita jumpai dalam siroh dan hadist bagaimana karakter Rasulullah. Beliau seorang yang pantang menyerah, dermawan, disiplin, tinggi toleransinya, mandiri, demokratis, peduli terhadap sesama, bertanggung jawab dll.
Itulah kenapa Sebagai Umat Muslim tentunya kita patut bersyukur Allah sudah memberikan secara langsung suri tauladan yang bisa kita ikuti untuk menjalankan kehidupan dalam berbangsa, bernegara, dan tentunya beragama. Tinggal bagaimana kita sekarang membaca, mempelajari, dan mengkaji kehidupan Rasulullah SAW sebagai dasar bagi kita untuk memberikan pendidikan karakter terbaik bagi diri kita dan juga anak-anak kita dalam menghadapi derasnya arus informasi dan perang pemikiran yang menginginkan keburukan-keburukan terjadi bagi umat manusia pada umumnya, umat muslim pada khususnya.
Lailatul Fitriyah,S.Si
Leave a Reply