Sesungguhnya tinta yang ada di dunia tak akan mampu meneteskan tetesan ilmu pengetahuan untuk diteguk penghilang haus dahaga. Kucuran ilmu pengetahuan yang mengucur dari langit hikmah menjadi petunjuk untuk menghilangkan kegersangan dan kegalauan pikiran. Cahaya-cahaya ilmu pun tersedia tanpa batas menerangi kegelapan pemahaman kita. Setiap yang terlahir memiliki kesempatan yang sama menjadi seorang pembelajar sejati. Janganlah lari dari fitrah ini. Menikmati proses, bersabar, mencari tahu, pantang menyerah sebagai upaya meningkatkan kualitas diri. Menjalani dengan segenap kerendahan hati.
Mengapa harus menjadi pembelajar sejati ?
Karena alam ini terlalu luas untuk diarungi. Karena setiap orang memiliki karakter yang sangat berbeda. Karena kita hidup bersama dan tidak selalu memiliki pemahaman yang sama, meskipun memiliki tujuan yang sama sekalipun.
Karena dalam kehidupan ini, jalanan penuh berliku dan tidak pasti dari waktu ke waktu. Berubah setiap saat tanpa permisi. Sesaat gelap sesaat terang. Silih berganti, bahkan kadang memporakporandakan. Untuk apa? Dengan menjadi pembelajar sejati, kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala mampu dinikmati.
Pembelajar sejati itu pilihan diri. Ia tidak membatasi dengan kekurangannya. Menepis segala kelemahan yang ada pada dirinya. Ia senantiasa menemukan cara untuk belajar dan solusi yang tepat sehingga menjadi kekuatan yang luar biasa. Ia telah memahami dengan suara batinnya kucuran dari langit hikmah. Dan ini menjadikanya berbeda dengan yang lain. Coba kita renungkan…jika semua orang memperjuangkan dirinya sebagai pembelajar sejati. Rahmatan lil ‘aalamiin akan semakin menebar dan semerbak.
Dan pula, pembelajar sejati belajar kepada siapa saja dan dimana saja. Ia gunakan seluruh inderanya dalam menyerap apa yang dihadirkan kepadanya. Yang didengar, dilihat dan dirasakannya. Karena ia yakin bahwa segala sesuatu yang menghampirinya datang dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bahkan daun jatuh di atas kepalanya sekalipun. Ataupun kucuran hujatan yang menimpanya. Tak terbesit dalam pikirannya sebagai orang yang lebih baik dari yang lain. Dan mengembalikan pada Sang Pemilik segala keadaan.
Semuanya itu untuk apa ?
Untuk menebar manfaat setiap saat, sekecil apapun yang ia dapat. Sedikit demi sedikit sampai menyeluruh dan meluruh. Karena hal ini bukan menjadikan diri berkurang, namun akan terus bertambah dan bertambah. Khairunnas anfa’uhum linnas !!!
Wallahu a’lam bish shawab.
#Muhasabah diri akhir tahun hijriyah 1440H
Galuh Palupi, S.T
(Wakil Kepala Sekolah SMPIT Insan Permata Bidang Kurikulum)
Leave a Reply