Barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya..
Memang sudah selayaknya kita belajar dari yang dekat, yakni diri kita, alam, lingkungan sekitar kita. Banyak sekali yang bisa kita renungkan, dari hal-hal kecil di sekitar kita. Bagaimana warna langit bisa berubah-ubah. Bagaimana sungai bisa mengalir, bagaimana cabai matang bisa berwarna merah. Bagaimana rumput-rumput bergoyang dan seakan berseluru pada alam, “Aku hidup. Aku ada. Aku bertahmid pada pencipta angin yang menggoyangkan tubuhku, pada pencipta langit yang menaungiku.”
Kegiatan belajar mengajar adalah bagian besar dari kehidupan manusia, bahkan bisa dibilang, setiap detik manusia belajar dan mengajar. Belajar mengajar bukan semata kegiatan di depan papan tulis, di muka buku, atau dalam putaran kajian. Kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan dengan menatap mawar merah di halaman, dengan meraup air yang mengalir di sungai, bahkan dengan menatap langit berlama-lama. Sebab, dibalik itu semua tersimpan sesuatu yang besar, yang tak pernah (atau tak sempat?) untuk kita insyafi.
Itulah mengapa anak-anak begitu girang ketika kita ajak jalan-jalan, keluar ke alam terbuka. Sebab secara alamiah mereka memang akan menyukai ruang terbuka, alam, sungai, sawah. Sebab, tanpa mereka sadari, jiwa mereka telah dekat dengan itu semua, dan ingin lebih dekat. Mungkin, perenungan-perenungan yang jarang diendapkan oleh orang dewasa akan menjadi sesuatu yang baru di kepala anak-anak. Orang-orang dewasa tentu akan lebih mudah mengarahkan anak-anak ketimbang mengarahkan diri mereka sendiri. Sekali lagi, tak perlu jauh-jauh, utarakan saja kepada anak-anak, “Nah, Nak, lihatlah tubuh kita, bagaimana organ-organ bekerja. Lihatlah pohon-pohon, bagaimana mereka bisa lebih kuat dari manusia? Bagaimana air di bawah kakimu itu mengalir dan menuju ke mana? Kenali dirimu, dan kau akan mengenali Tuhanmu!” Wallahu a’lam bishowab.
artikel asli ada pada: https://sdit.insanpermata.sch.id/2018/12/04/mari-menatap-alam-menatap-diri/
Leave a Reply