Khawatir Adanya Bully, SMPIT Insan Permata Gelar Edukasi
Foto: Mahfud
MALANG KOTA – Perkara perundungan atau bullying yang terjadi pada MS, siswa SMPN 16 Malang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi berbagai pihak. Salah satunya adalah SMP Islam Terpadu Insan Permata. Karena khawatir dengan fenomena bullying, pada Jumat (14/2) kemarin SMP yang terletak di Jalan Atletik tersebut menggelar edukasi siswa yang bertajuk “No Bullying”. Acara tersebut diisi oleh Konsultan Pendidikan dan Perkembangan Anak Ashofro Abiry Ifir S.Psi bersama Praktisi Pendidikan dan Parenting Dr. Sri Susanti M.Pd. Di sana merema memberikan edukasi terkait apa itu Bullying dan Cara penanggulangannya pada 167 siswa-siswi SMP Insan Permata yang hadir di sana.
Ashofro Abiriy Ifir mengatakan bahwa tumbuh kembang anak harus dipantau terus oleh orang tua mereka. Apalagi dalam perkara bullying yang terjadi saat ini, sebenarnya mereka sangat memerlukan perhatian dari orang tuanya. “Jujur saja saya miris, anak-anak dalam tumbuh kembangnya harusnya ada perhatian tersendiri dari orang tua,” ujarnya. Sehingga di samping memberikan edukasi pada anak, peran orang tua dan guru sangat penting dalam hal ini. Karena anak-anak dalam tumbuh kembangnya tak bisa dilepas begitu saja. “Kita lah yang harus aktif mencari apa penyebab utama mereka melakukan perilaku seperti itu,” jelas pria yang akrab disapa Ifir tersebut.
Untuk itu, orang tua harus memperkuat mental dan rasa percaya diri anak. Sehingga anak mampu menjadi pribadi yang tangguh yang mampu melawan dan menolak bullying. “Ini yang jadi point utama kami, selain tangguh harapannya anak-anak jadi saling menyayangi sesamanya,” ungkapnya. Untuk itulah dalam edukasi tersebut ia memberikan pemahaman materi terhadap siswa, tentang apa itu bullying, jenisn
-jenisnya, dan penanggulangannya. “Terlepas dari saya sebagai praktisi, ini juga kekhawatiran saya sebagai orang tua. Jangan sampai anak-anak jadi pelaku apalagi korban dari bullying baik verbal maupun fisik,” tukasnya.
Kepala sekolah, Anang Tri Wahyudi mengatakan bahwa sekolahnya memang berkomitmen penuh untuk menjadi sekolah ramah anak. Hal ini ditunjukan bahwa pada akhir sesi acara tersebut siswa-siswinya diwajibkan menuliskan komitmen untuk tidak melakukan bullying kepada teman-temannya. “Mereka semua dipisah, laki dan perempuannya. Karena penanganan keduanya berbeda untuk kasus bullying. Kemudian mereka juga diwajibkan menuliskan komitmen mereka untuk tidak melakukan bullying, komitmen tersebut nantinya ditempel di kelas masing-masing,” ujarnya.
Salah seorang siswa kelas 7, Atikah Rahma mengatakan bahwa edukasi ini sangat berkesan baginya. Sebab dari acara ini, ia jadi mendengar banyak kisah dari kawan-kawannya pada sesi berkelompok. “Saya jadi tau, kalau bullying ada yang verbal. Kita tidak boleh melakukan bullying, karena kasian yang jadi korban,” ujarnya.
Ia juga mengatakan selain diwajibkan menuliskan komitmen, mereka juga harus menggambar poster. Poster tersebut berisikan kampanye anti bullying yang nantinya akan disampaikan pada masyarakat, utamanya sebaya mereka. “Kita harus berani speak up soalnya, kita harus tegas buat melawan bullying,” ungkapnya bersemangat. (eri)
Leave a Reply