APA MASALAH BESAR DALAM KELUARGA?

Keluarga bahagia adalah keluarga yang sibuknya menyelesaikan masalah besar, bukan masalah kecil. Masalah besar dalam rumah tangga muslim adalah tegak atau tidaknya Tauhid didalam rumah tangga. Tegak atau tidaknya rukun Islam dan dakwah di dalam rumah tangga tersebut. Sehingga sebagian besar sumber daya anggota keluarga dicurahkan untuk hal tersebut, bukan yang lainnya. Itulah keluarga Baginda Nabi Besar Muhammad saw. Walau rumahnya kecil dan sederhana, dengan bangga beliau berkata, “baiti jannatii” (rumahku surgaku) karena di rumahnya tegak Tauhid.

Amirul Mukminin Umar bin Khatab ra pernah marah kepada sahabatnya yg minta cerai hanya gara-gara tidak lagi mencintai pasangannya. Karena bagi Umar itu masalah kecil. Yang besar itu masalah TAUHID.

Ketika Rasulullah saw pulang dan di rumahnya tidak ada makanan, beliau dgengan mudah memaafkan istrinya. Karena bagi Rasulullah yang besar itu masalah TAUHID. Ketika Rasulullah saw pulang malam dan tidak dibukakan pintu setelah memberi salam tiga kali dengan ringan beliau tidur di halaman rumahnya. Rasulullah saw tidak marah karena bagi beliau itu masalah kecil. Yang besar bagi beliau dalam rumah tangga itu masalah TAUHID.

Ketika nabi Yaqub as sakaratul maut, yang dikuatirkan untuk anak-anaknya bukan masalah materi, tapi masalah tauhid. “Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya” (Qs. 2 : 133). Karena bagi Nabi Yaqub as yang besar itu masalah TAUHID, bukan yang lainnya.

Ciri lainnya dari keluarga yang sibuk dengan masalah kecil adalah mereka lebih sibuk mencari uang atau aktualisasi keduniaan lainnya daripada aktivitas dakwah dan ibadah. Sedih dan bahagianya keluarga bukan karena tegak atau tidaknya Tauhid, tapi karena kenikmatan dunia. Pikiran, waktu, tenaga, dan perasaan anggota keluarga habis tercurah untuk berbagai pernik-pernik dunia.

Momen-momen bahagia menurut keluarga tersebut adalah momen rekreasi atau berbangga dengan materi serta status sosial. Bukan momen ibadah dan dakwah yang mereka lakukan.

Pada saat ini kita melihat tingkat perceraian meningkat dimana-mana. Setiap satu jam rata-rata ada 40 perceraian terjadi di Indonesia. Ya…Indonesia termasuk negara yg tingkat perceraiannya tertinggi di dunia. Padahal Islam, yg dipeluk sebagian besar penduduk Indonesia, mempermudah pernikahan dan mempersulit perceraian. Ini malah yg terjadi sebaliknya. Di Indonesia, pernikahan semakin ribet dan perceraian semakin mudah dilakukan oleh pasangan suami isteri.

Yang memprihatinkan, sebagian besar perceraian saat ini disebabkan masalah-masalah kecil yang tak ada hubungannya dengan Tauhid. Misalnya, bercerai karena masalah ekonomi/nafkah, karakter, cara komunikasi, kebutuhan biologis, dan lain-lain. Yang semestinya bisa diselesaikan dgn komunikasi yg baik antar suami isteri.

Padahal semestinya suami isteri jangan bercerai karena masalah kecil. Bercerailah karena masalah besar, yakni Tauhid tumbang di dalam keluarga tersebut. Yakni, ketika Rukun Islam tidak dijalankan dan diabaikan. Misalnya, pasangannya beda agama, tidak sholat, atau tidak puasa wajib.

Rumah tangga tanpa Tauhid sebaiknya dibubarkan saja karena sudah tidak bisa membawa penghuninya ke surga bersama-sama. Bukankah menikah itu untuk dibawa ke dunia dan akhirat? Bukan semata-mata karena cinta buta?

Suami isteri yg bercerai karena masalah-masalah kecil selain Tauhid menunjukkan ketidakdewasaan emosi. Juga menunjukkan kesalahan prioritas dalam meraih kebahagiaan. Mestinya tegakkan Tauhid dulu dalam rumah tangga maka nanti masalah kecil yg lainnya akan selesai.

Bukan sebaliknya, sibuk dengan hal-hal kecil selain Tauhid sehingga membuang energi dan waktu. Sedang bahagia menjadi semakin jauh. Pantas jika keluarga-keluarga muslim demikian diam-diam mengakui bahwa keluarganya adalah baiti naarii (keluargaku nerakaku), bukan baiti jannati.

Lalu gimana kalau pasangannya berkali-kali selingkuh dan melakukan KDRT? Ini termasuk masalah Tauhid juga. Masalah dosa besar, sehingga boleh bercerai. Namun jika alasan-alasan lainnya maka termasuk masalah kecil yang kurang layak suami isteri untuk bercerai. Walau bukan berarti haram hukumnya.

Oleh sebab itu, mari kita menjadi suami dan isteri yang tahu skala prioritas. Tidak meributkan masalah kecil dalam rumah tangga. Bersedia bersabar dan berkorban perasaan atas kekurangan pasangan. Toleransi terhadap kesalahan yang tidak prinsip. Sebab no body perfect. Jika mindset ini yg kita pegang, selain membuat rumah tangga kita langgeng karena tidak meributkan masalah-masalah kecil, juga mengurangi beban mental kita. Tidak sedikit-sedikit stress atau sakit hati akibat melihat kekurangan pasangan.

Sebab berumah tangga adalah kesabaran (yang berlipat ganda). Sebab kebahagiaan hanya didapat oleh orang-orang yang mampu bersabar.

Copas : Ustadz Dedy Martoni. Pembina JSIT Indonesia

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*