Oleh: Salleum Sami
Air mata ini kembali..
Sedih, pilu…
Yang ku lihat kesedihan yang teramat
Jerit tangis kehilangan
Keluarga terpisah tak tentu arah
Rumah, tanah, sawah hancur
Tanpa bentuk tanpa rupa
Hancur semu… hancur tak tersisa
Hanya puing-puing sisa kami bercanda dan bahagia..
Itupun segera berganti dengan air mata
Tanpa jeda untuk tersenyum walau sedikit
Hanya merenung…
Kenapa ini terjadi?
Dosa kamikah…atau kelalaian kami
Atau mungkin ini cinta dalam bentuk yang berbeda
Entahlah…
Dia datang begitu cepat… memburu
Seketika menggoyak kampung kami
Luluh lantak rata dengan tanah
Tak sempat kami berlindung apalagi berkemas
Kami hanya lari.. lari dan lari
Secepat yang kami bisa
Jatuh tersungkur…
Lelahpun kami paksa
Bangun! lari..lari secepat mungkin
Tuhan
Pesan apa yang hendak kau kirim?
Pesan cinta-kah atau murka
Kasih-kah atau sedikit peringatan
Sungguh hari ini berbeda
Begitu berbeda…
Begitu banyak air mata
Tuhan andai bisa aku mengartikan…
Andai mampu aku terjemahkan…
Ingin kuganti kesedihan mereka
Dengan untaian senyum permata
Tuhan beri kami jeda…
Semarang, 01 November 2010.
Leave a Reply