Anak yang memiliki IQ tinggi belum tentu sukses dalam bekerja atau bermasyarakat karena potensi manusia sangat beragam dalam berbagai bidang dan berbagai taraf inteligensia. Guru Besar Pasca-Sarjana Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof Dr Conny R. Semiawan mengungkapkan hal itu dalam pidato ilmiah pada acara wisuda sarjana S-1 Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA)-IEC 2008 di Panti Prajurit, Balai Sudirman, Jakarta, Rabu.
“Taraf inteligensia anak terbentuk dalam berbagai kondisi sosial, ekonomi, budaya serta alam biologis yang berbeda dan harus dipenuhi kebutuhannya agar pembinaan yang terjadi sesuai taraf perkembangannya,” kata Conny dalam pidato berjudul “Mengembangkan Potensi diri: Menemukan ‘Genius’ Dalam Diri Anak” yang dibacakan putrinya Kutilang Semiawan.
Meski demikian, kata Conny, sifat dan pembawaan anak menyerap emosi dan seluruh citra kemanusiaan dari diri orang tuanya, terutama dari ibunya. “Martabat manusia menuntut kemerdekaan dan kesamaan, dua ciri yang terkait satu dengan lainnya dan bermuara pada suasana demokratis di rumah dan di masyarakat pada umumnya,” kata Conny yang juga pakar pendidikan.
Di hadapan 175 wisudawan yang mengikuti acara itu, ia menjelaskan bahwa pendidikan yang bermula dari rumah merupakan pengertian tentang arti tujuan hidup serta penemuan suatu cara hidup yang benar dan secara asasi sama bagi seluruh umat manusia, terutama bagi masyarakat Indonesia yang menghadapi era reformasi.
“Temuan cara hidup ini terkait dengan mendidik yang mengacu pada peluang untuk menemukan potensi kreatifnya,” tutur Kutiliang, sarjana psikologi yang menyebutkan orangtuanya sedang sakit sehingga ia mewakilinya.
Sebelumnya, Pembantu Ketua (Puket) I, J.S. Marsudi, M.Hum mewakili Ketua STIBA-IEC Prof. Dr. Asim Gunarwan mengatakan, sejak perguruan tinggi yang berakreditasi B itu berdiri pada 2001, belum ada lulusannya yang tidak bekerja, malah banyak yang mampu menciptakan lapangan kerja.
“Salah satu persyaratan saringan kesarjanaan mereka, selain setelah menempuh jumlah kredit yang sudah ditetapkan, harus membuat tugas akhir berupa karya tulis dalam bahasa Inggris dan mempresentasikannya di depan dewan penguji,” kata Marsudi.
Ketua Panitia Wisuda Ansharullah, MAg menjelaskan, wisuda STIBA-IEC diadakan untuk kedua kalinya setelah yang pertama pada 2006 diikuti 70 wisudawan. “Kini meningkat lebih dari dua kali lipat, sehingga menunjukkan adanya indikator peningkatan penyelenggaraan pendidikan di kampus STIBA-IEC. Ini semua terjadi karena kerja sama yang baik antara Yayasan Sura Mandiri sebagai payung STIBA-IEC dengan berbagai pihak termasuk dengan direktorat Jendral Pendikan Tinggi Depdiknas,” kata Ansharullah.
Sedangkan Puket III Somatiah Fitriani, M.Pd menjelaskan, perguruan tinggi STIBA-IEC dengan pusat di Jatinegara Barat, memiliki cabang di Fatmawati Jakarta dan di Bekasi sedangkan kursus bahasa Inggris IEC tersebar di 39 cabang.
Selain melaksanakan program studi Bahasa Inggris reguler, STIBA-IEC juga memiliki program D3 serta D1 untuk guru di tingkat TK dan SD dan ada program khusus transfer D3 dari berbagai jurusan ke jenjang S1 dengan kuliah Sabtu dan Minggu.
“Kita memiliki gedung sendiri, ruang berpendingin dan multimedia, ada lab bahasa dan komputer, ruang ibadah, parkir serta ada beasiswa untuk mahasiswa berprestasi dan kursus gratis bahasa Inggris di IEC selama kuliah. Kita juga menyelenggarakan pengajaran ke berbagai instansi pemerintah dan swasta,” kata Somariah.
Kalau yg saya amati, justru orang yg EQ-nya tinggi yg sukses di masyarakat.